ALUN ALUN Yogyakarta
Alun alun adalah tempat atau bisa dikatakan lokasi yang dikelilingi oleh jalan tempat lapang berumput atau tempat bertemu nya masyarakat.alun alun sebenarnya hanyalah halaman depan rumah tetapi dalam ukuran yang besar atau bisa di miliki oleh penguasa seperti raja sultan dll.
Alun alun
Alun alun
- Filosofi Alun Alun Yogyakartan
Yogyakarta mempunyai 2 alun alun yang biasanya disebut alun alun lor dan alun alun kidul
cerita dari kedua alun alun tersebut:
- Beberapa sumber menyebutkan bahwa dulu permukaan alun-alun lor adalah pasir halus yang cocok digunakan untuk tempat latihan para prajurit juga untuk unjuk kehebatan di hadapan Sultan. Sultan dan para pembesar kerajaan duduk di Siti Hinggil, yaitu bagian muka keraton yang memiliki permukaan lebih tinggi untuk melihat atraksi para prajuritnya. Alun-alun Lor juga digunakan untuk Tapa Pepe, yaitu suatu bentuk unjuk diri dari rakyat agar didengar dan mendapat perhatian dari sultan.Tapa Pepe dilakukan pada siang hari terik di antara dua Pohon Beringin oleh seseorang yang sedang memohon keadilan langsung kepada Sultan. Pada masa lalu di sisi timur alun-alun terdapat pendopo-pendopo kecil yang disebut perkapalan. Perkapalan digunakan oleh para bupati untuk menginap dan beristirahat ketika menghadap sultan.
Pada zaman dahulu, Alun-alun Lor adalah wilayah sakral dimana tidak sembarang orang diperkenankan untuk memasukinya. Ada aturan-aturan yang wajib dipatuhi jika ingin memasukinya, misalnya tidak boleh menggunakan kendaraan, sepatu, sandal, bertongkat, dan mengembangkan payung. Hal ini dilakukan sebagai wujud penghormatan kepada Raja. - Alun-alun Kidul (Selatan) adalah alun-alun di bagian Selatan Keraton Yogyakarta. Alun-alun Kidul sering pula disebut sebagai Pengkeran. Pengkeran berasal dari kata pengker (bentuk krama) dari mburi (belakang). Hal tersebut sesuai dengan keletakan alun-alun Kidul yang memang terletak di belakang keraton.Alun-alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura, satu buah di sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah. Di antara gapura utara dan selatan di sisi barat terdapat ngGajahan sebuah kandang guna memelihara gajah milik Sultan. Luas Alun-alun Kidul sendiri 100x100 meter.Di sekeliling alun-alun ditanami pohon mangga. Pohon beringin hanya terdapat dua pasang. Sepasang di tengah alun-alun yang dinamakan Supit Urang ( harfiah = capit udang ) dan sepasang lagi di kanan-kiri gapura sisi selatan yang dinamakan Wok ( dari kata bewok, harfiaf = jenggot ). Dari gapura sisi selatan terdapat jalan Gading yang menghubungkan dengan Plengkung Nirbaya. Alun-alun ini dikelilingi oleh tembok persegi yang memiliki lima gapura, satu buah di sisi selatan serta di sisi timur dan barat masing-masing dua buah.Siti Hinggil yaitu tanah yang tinggi, siti : tanah dan hinggil : tinggi. Siti Hinggil Kidul atau yang sekarang dikenal dengan Sasana Hinggil Dwi Abad terletak di sebelah utara alun-alun Kidul. Luas kompleks Siti Hinggil Kidul kurang lebih 500 meter persegi. Permukaan tanah pada bangunan ini ditinggikan sekitar 150 cm dari permukaan tanah di sekitarnya. Sisi timur-utara-barat dari kompleks ini terdapat jalan kecil yang disebut dengan Pamengkang, tempat orang berlalu lalang setiap hari. Dahulu di tengah Siti Hinggil terdapat pendapa sederhana yang kemudian dipugar pada 1956 menjadi sebuah Gedhong Sasana Hinggil Dwi Abad sebagai tanda peringatan 200 tahun kota Yogyakarta.Siti Hinggil Kidul digunakan pada zaman dulu oleh Sultan untuk menyaksikan para prajurit keraton yang sedang melakukan gladi bersih upacara Garebeg, tempat menyaksikan adu manusia dengan macan (rampogan) dan untuk berlatih prajurit perempuan, Langen Kusumo. Tempat ini pula menjadi awal prosesi perjalanan panjang upacara pemakaman Sultan yang mangkat ke Imogiri. Sekarang, Siti Hinggil Kidul digunakan untuk mempergelarkan seni pertunjukan untuk umum khususnya wayang kulit, pameran, cara keagamaan dan sebagainya.Disebelah utara alun-alun kidul terdapat sebuah trateg, sebuah tempat berteduh, beratap anyam-anyaman bambu dan kanan kirinya ditanami pohon-pohon gayam. Kanan kiri Sitihinggil ada 2 buah jalan yang bertemu satu sama lainnya di Regol Kemandungan, sebelah utara sitiginggil ini dahulu terdapat sebuah bangunan berbentuk pendopo, ditengah-tengah ada selogilangnya, tempat duduk sri sultan. Halaman Sitihinggil ditanami pohon “Soka” dan pohon “Palem Cempora”. Bungan pohon-pohon ini rupanya bagus sekali, berambut halus, berkumpul dalam satu tangkai bunga. Rupanya merah dan putih. Kalau Sri Sultan duduk diatas selogilang tengah-tengah pendopo sitihinggil ini, baginda selalu dihadap kerabat kraton dan abdi-abdi dalem lainnya, pria wanita, banyak sekali.
- Foto alun alun