: Parangtritis, Kretek, Bantul, Yogyakarta
Labuhan Alit Parangkusumo – Menyaksikan Hikmatnya Upacara Adat Yang Syarat Akan Mistis, Bantul – Yogyakarta
Ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat Yogyakarta bermacam-macam. Laburan Alit Parangkusumo adalah salah satu acara yang diadakan setiap tahun pada tanggal 30 Rajab dalam sistem kalender pananggalan Jawa. Kebiasaan memberi penghormatan kepada para leluhur yang telah membangun Kerajaan Mataram dilakukan oleh Raja Keraton Yogyakarta agar masyarakat dijauhkan dari segala mara bahaya telah dilakukan selama berabad-abad. Dan kini, masyarakat pun masih melestarikan adat istiadat dan juga budaya yang telah mengakar kuat sehingga tiap tahun, pelaksanaan Labuhan Alit Parangkusumo selalu ramai dibanjiri warga lokal, turis domestik maupun turis mancanegara. Dan tempatnya tentu saja di Pantai Parangkusumo.
Sekilas mengenai Pantai Parangkusumo, pantai ini termasuk salah satu pantai di Yogyakarta yang dianggap keramat. Dalam tradisi budaya Jawa, pantai ini digambarkan sebagai gerbang pintu masuk utama yang dapat ditempuh untuk masuk ke Keraton Gaib Laut Selatan, atau sebuah Kerajaan yang dikuasai oleh Ratu Laut Kidul. Maka anda tidak perlu heran kenapa Labuhan Alit Parangkusumo ini diselenggarakan di Pantai Parangkusumo karena kala itu, Ratu Kidul telah berjanji bahwa ia akan selalu melindungi Panembahan Senopati (Raja Mataram Pertama) dan seluruh keturunannya, serta Kerajaan Mataram jika terjadi kesulitan.
Dan karena tempat yang digunakan untuk ritual Labuhan Alit Parangkusumo ini berada disekitar pantai, maka anda pun dapat menikmati indahnya pantai kemudian dapat dilanjutkan dengan menyaksikan ritual adat yang telah digelar secara turun temurun hingga kini.
Lalu sekarang, bagaimana untuk dapat sampai ke Pantai Parangkusumo untuk menyaksikan ritual ini? Pantai Parangkusumo berada di Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupatan Bantul atau berjarak sekitar 30 km dari kota Yogyakarta ke arah selatan. Anda dapat melalui Jalan Parangtritis dan setelah melewati pintu retribusi, anda dapat berbelok ke arah kanan untuk menuju ke Cepuri Parangkusumo. Anda tidak perlu takut akan infrastruktur ke Pantai Parangtritis karena akses menuju kesana tergolong mulus dan kondisi jalanannya pun baik.
Tetapi, bila anda tidak menggunakan kendaraan pribadi, anda dapat menumpang transportasi umum jurusan Yogyakarta – Parangtritis. Setelah sampai, anda dapat berjalan menyusuri pantai Parangtritis untuk dapat sampai ke Pantai Parangkusumo. Anda tidak perlu heran sebab dengan berjalan saja anda dapat mencapai pantai yang akan dijadikan tempat ritual Labuhan Alit Parangkusumo karena kedua pantai ini tidak dibatasi oleh apapun.
Lalu bagaimana untuk tiket masuk? Karena upacara adat ini dilakukan di Pantai Parangkusumo, sebenarnya anda hanya dikenai biaya masuk ke pantai sebesar Rp3.000 per orang. Dengan biaya parkir untuk motor Rp1.000 dan parkir mobil Rp2.000. Jika anda merasa terlalu letih berjalan kaki untuk mencapai Pantai Parangkusumo, anda juga dapat menyewa kereta kuda atau bendi dengan harga terjangkau yaitu Rp20.000 untuk sekali keliling. Anda harus datang pagi hari kesana agar tidak ketinggalan semua prosesi pelarungan sesajen ke Laut Selatan.
Nah, setelah anda tahu sekelumit cerita tentang Labuhan Alit Parangkusumo dan akses untuk menuju ke pantai, sekarang giliran menyaksikan ritual tahunan ini. Saat anda baru memasuki kawasan Pantai Parangkusumo, anda tidak perlu heran melihat banyaknya bunga setaman yang tergelar rapi dan juga aroma bunga yang tercium karena hal ini menjadi suatu hal yang biasa disana. Hidung anda mungkin juga akan mencium bau kemenyan dibakar sebab itu semua merupakan pelengkap dan bahan sesajen yang biasa digunakan untuk melakukan upacara Labuhan Alit Parangkusumo.
Upacara Labuhan Alit Parangkusumo ini dimulai dengan acara ‘pasrah penampi’ atau penyerahan sesaji yang dilakukan oleh seorang abdi dalem Keraton Yogyakarta berupa pakaian Sultan, potongan kuku dan rambut milik Sultan selama satu tahun, pakaian, uba rampe atau perlengkapan lain kepada Bupati Bantul di halaman Kantor Kecamatan Kretek. Semua perlengkapan ini kemudian dibawa ke Cepuri Parangkusumo untuk didoakan sebelum di larung ke Laut Selatan.
Persembahan kepada Ratu Selatan ini kemudian diperiksa dan diberikan kepada juru kunci Pantai Parangkusumo untuk kemudian didoakan. Semua uba rampe ini dijadikan satu dan dibungkus dengan menggunakan rangkaian bambu berjumlah tiga. Dengan ditambahkan pemberat batu maka bungkusan ini pun nantinya akan tenggelam di Laut yang diusung oleh para cantrik.
Pembacaan doa dilakukan di depan batu karang yang konon dulunya digunakan sebagai tempat meditasi Panembahan Senopati sebagai Raja Mataram Pertama. Anda pun dapat melihat para abdi dalem yang begitu khusuk dalam menaburkan kembang setaman diatara dua batu karang yang dipagari oleh tembok putih setinggi 1 meter tersebut. Sedangkan abdi dalem lainnya mengubur potongan kuku dan rambut kuku Sultan disatu pojokan sebelah selatan.
Aroma kemenyan pun semakin tercium dan bagi anda yang tidak tahan dengan aroma seperti ini, ada baiknya menjauh sebentar untuk mendapatkan udara segar yang masih bisa anda dapatkan dari angin Laut Selatan. Hanya saja, anda pun harus berjubel dengan pengunjung lain karena upacara Labuhan Alit Parangkusumo menjadi salah satu magnet bagi para wisatawan tiap tahun.
Setelah semua persembahan didoakan oleh juru kunci Pantai Parangkusumo, kemudian rombongan abdi dalem yang mengenakan pakaian tradisional lurik berwarna biru, blankon di kepala serta jarit (kain) yang dipakai itu bergerak menuju ke pantai. Bagi anda yang suka fotografi, anda sudah dapat mulai melakukan aksi mencari gambar-gambar terbaik dari setiap momen ritual adat masyarakat Yogyakarta yang tinggal di pinggiran Pantai Parangkusumo ini. Akan ada banyak para remaja dan ibu-ibu membawa sesajen yang akan dilarung di Pantai Selatan.
Selanjutnya, didepan deburan ombak Pantai Laut Selatan, akan ada semacam komunikasi mistis antara seorang abdi dalem untuk meminta ijin agar Ratu Selatan mau menerima sesajen yang dibawa. Setelah beberapa saat kemudian para cantrik itu maju menyambut ombak Pantai Selatan sampai ke kedalaman sekitar 50 cm dari telapak kaki. Dan dengan usaha keras, para cantrik itu pun berusaha untuk mendorong sesajen ke tengah laut. Para pengunjung yang percaya akan datangnya berkah bila mendapatkan bagian dari sesajen itu pun tanpa dikomando langsung menuju lautan lepas untuk mengambil apa saja dan peristiwa ini dinamakan ngalap berkah.
Dan dengan berakhirnya ngalap berkah itu, maka berakhir juga prosesi upacara adat Labuhan Alit Parangkusumo. Anda pun dapat menyaksikan para pengunjung yang berhasil mendapatkan bagian dari sesajen pun akan tersenyum sumringah karena ia percaya rejeki tidak akan ‘seret’ tahun ini.